Kembang
Api di Hatimu
Tgl 11, Bulan November, Thn 2001
Bunga
kembali menggeleng, wajahnya terlihat begitu hampa, tiada lagi keceriaan di
wajahnya, Rika menghembuskan nafas-nya panjang, di pandangi-nya semangkuk bubur
yang seharusnya di makan Bunga sejak tadi, “gue udah nggak kenal ma diri loe
yang sekarang”, Rika memandang Bunga, wajah Bunga tetap sama, hampa dan kosong,
“kenapa…, loe terlalu nyerahin diri loe pada kematian”, mata Rika mulai berair,
Rika terisak, “gue pengen liat loe yang sebelum-nya, loe yang suka bikin gue
ketawa, Pribadi loe yang Fun”, Rika melangkah menuju pintu, “gue berharap loe
mau semangat kayak dulu, gue sangat berharap”, Rika berjalan keluar ruangan,
Bunga terdiam, tubuhnya bergetar, di raihnya kakinya sebagai sandaran untuk
menangis, air matanya tak terbendung lagi, tak peduli betapa riuh-nya suara TV
di ruangan sebelah, tak peduli lagi dengan suara kipas, tak peduli lagi dengan
suara angin yang memasuki sela – sela jendela, Bunga menangis, dia sangat
berharap tidak seorang-pun termasuk Rika mendengar suara tangisnya.
Hari
itu tanggal 31 bulan oktober tahun 2001, berita itu tiba di telinga Rika,
tentang Bunga yang berhenti sekolah dan mengidap penyakit kronis, berita itu
seperti badai yang merusak perasaan Rika, awalnya Rika yang paling anti gossip
sama sekali tidak mempercayai-nya, tetapi setelah seminggu Bunga tak masuk
sekolah, Rika memberanikan diri datang ke rumah Bunga, Mbok Asri langsung
memberitahukan semuanya ke Rika, benar…, Bunga sakit parah, dan butuh di
operasi, tapi semenjak Rika mengetahui bahwa Bunga sakit, Bunga jadi jarang
minum obat, jarang makan dengan teratur, jarang mau therapy, ini membuat hati
Rika jadi hancur.
Tgl 15, Bulan November, Thn 2001
“Aku
nggak mau makan, ini pemaksaan namanya”, Bunga menepis tangan Rika yang sudah
siap dengan sesendok bubur hangat, Rika sedih, ‘bodo, yang penting ini tu
buat elo juga’, batin Rika, Rika kembali berusaha menyuapi Bunga, tapi
tetap saja Bunga menutup mulutnya rapat – rapat, ‘loe beli lem kambing di
mana sichh”, batin Rika mulai kesal, “gue nyerah…, mau loe apaan”, Rika
duduk di kursi samping ranjang Bunga, Bunga berfikir, “emang kamu bakalan
ngasih aku mobil, kalo aku maem”, Bunga nantangin, “tapi…, kalo mobil sewaan,
loe mau”, Bunga tersenyum, Rika meletakkan bubur di atas meja kecil, “loe
maunya apa, jangan siksa gue dengan rasa sakit yang loe alamin”, Rika bersedih,
“apa kau bakalan janji buat nepatin…, aku pengen liat kembang api bareng kamu…,
kalo kamu janji, aku bakalan therapy, maem banyak, dan bakalan operasi, apa
kamu bisa janji”, Bunga menunjukkan kelingkingnya, Rika tersenyum, “kenapa
sichh…, kok janji jari kelingking, kali – kali janji jempol kaki kek”, Rika
menyambut kelingking Bunga, Bunga tersenyum geli, “jempol kaki kamu tu gede’,
nggak bakal bisa di lipet ma jempol kaki-ku”, Bunga ngeledek, Rika tersenyum.
Tgl 29, Bulan November, Thn 2001
“Gimana
kemajuan therapy-nya”, Rika bertanya, Bunga mengehembuskan nafas panjang,
membuat Rika resah, “apaan sichh…”, tanya-nya cepat, “bagus koq, hehe”, sahut
Bunga jadi hepi, Rika langsung lega, dia meraih tas-nya dan membuka tas kecil
hitam miliknya, “bawa apaan nichh…”, wajah Bunga bertanya-tanya, “hehehe…,
sebelum kita liat kembang api asli, loe mainin dulu nechh…”, Rika mengeluarkan
papan puzzle besar, gambarnya sebuah gedung dengan background kembang
api yang indah, “wuaahh…”, Bunga meraihnya dari tangan Rika, Rika tersenyum
bangga, “kalo loe bosan, mainin ini aja…, yaa itung – itung ngingetin acara
kita nantinya, echh…, kebetulan bangetss”, Rika duduk di samping ranjang Bunga,
“bulan depan khan tahun baru, kita liat kembang api-nya bulan depan, pasti
asyik, kita bakalan nonton kembang api di atas gedung besar, pasti keren”, Rika
meminta tos dari Bunga, Bunga memukul telapak tangan Rika, 2 minggu pertama
bulan desember, Bunga makin sering therapy, dokter juga semakin memuji tingkat
semangatnya, ‘yaa iyalahh aku semangat, aku bakalan liat kembang api, gitu
loch’, batin Bunga setiap kali Dokter itu memuji peningkatan kesehatannya,
semakin hari Bunga semakin siap buat operasi, Rika bilang sebaiknya pengalaman
hari itu di abadikan dalam film atau fhoto, maka Bunga mempersiapkan
kamera-nya.
Tanggal 25, Bulan Desember, Tahun
2001
“Apa…,
nggak aku nggak mau”, Bunga menolak dengan tegas, Dokter ahli bedah yang
berbicara dengannya saat itu langsung terdiam, “dengar…, bukan hanya kau yang
menginginkan hidup-mu kembali, ada banyak, dan tak mungkin aku mendahulukan
kehidupan-mu, semua itu ada aturan, aku sungguh tak bermaksud untuk mengganggu
acara-mu, hanya hari itu aku bisa mengoperasi-mu”, Dokter Toni memandang Bunga,
Bunga benar – benar bingung, “kalo gitu sekalian aja aku nggak operasi”, Bunga
keluar dari ruangan Dr. Toni
Tgl 27, Bulan Desember, Thn 2001
“Nichh…”,
Rika memberikan Handy cam miliknya, “kamu mau jual nie Handy cam”, tanya Bunga
bingung, Rika kesal, “dasar…, liat dulu video di dalamnya”, Rika menekan tombol
play, video itu menampakkan taburan kembang api di balik sebuah rumah,
“kemaren, ultah sepupu gue…, dia nyulut kembang api, soal batal liat kembang
api pas tahun baru, gue maklumin kok, kesehatan loe lebih penting, pas bulan
januari kita liat kembang api bareng, setuju”, Rika menyodorkan jari kelingkingnya,
Bunga tersenyum, lalu menyambut tangan Rika, Rika memeluk sahabatnya.
Tgl 31, Bln Desember, Tahun 2001
Saat
itu masih begitu cerah, Bunga masih melihat video yang di berikan Rika, tapi
sesaat kemudian, berita tentang Rika yang kecelakaan tiba di telinganya, saat
itu juga Bunga berlari menuju Family Hospital, tempat Rika di rawat,
untuk pertama kali dalam hidupnya, Bunga tidak merasakan sesak nafas karna
berlari, Bunga tidak merasakan ada sesuatu yang mengganjal saat berlari, selama
ini ia berfikir, ia takkan mampu berlari karna penyakit-nya, tapi kini Bunga
berlari, berlari demi sahabatnya, menuju sahabatnya yang menunggu, tapi semua
itu terlambat, Rika terkujur kaku di ruangannya, kain putih perlahan – lahan
menutupi tubuhnya Rika, nafas Bunga tercekat, air matanya turun tiba – tiba,
kakinya kram karna berlari, lidahnya kelu, matanya buram seketika, tubuhnya
mati rasa, “kudengar, gadis ini berlari menuju Flower Hospital, katanya,
sahabat gadis ini akan di operasi”, sahut seorang perawat, berkata kepada
Dokter di sampingnya, Bunga menangis, menangis haru memandangi tubuh
sahabatnya.
Tgl 31, Bulan Desember, Tahun 2010
“Aku
berhasil melakukan operasi…, intinya kalian juga harus”, beberapa orang
bertepuk tangan, gadis itu kini menjadi seorang motivator, terkadang dia
menyelipkan kisahnya dan Rika, sekali seminggu wanita itu mengunjungi makam
sahabatnya, ‘Rika…, sampai kapan-pun, aku bakal nginget kamu dalam hati-ku,
layaknya kembang api yang berubah warna, layaknya kau yang tertawa, kesal, lalu
tersenyum, aku akan menyimpan senyuman-mu di hatiku, sebagai kembang api di
dalam hati-ku, sahabat’.
Nama :
Regina Hanum
Putri
Kelas :
8 Syukur
Sekolah : SMPS IT MUTIARA-Duri
JUDUL :
Kembang Api Di Hatimu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar