Rabu, 16 Mei 2012

Kembang Api di Hatimu


Kembang Api di Hatimu
Tgl 11, Bulan November, Thn 2001  
            Bunga kembali menggeleng, wajahnya terlihat begitu hampa, tiada lagi keceriaan di wajahnya, Rika menghembuskan nafas-nya panjang, di pandangi-nya semangkuk bubur yang seharusnya di makan Bunga sejak tadi, “gue udah nggak kenal ma diri loe yang sekarang”, Rika memandang Bunga, wajah Bunga tetap sama, hampa dan kosong, “kenapa…, loe terlalu nyerahin diri loe pada kematian”, mata Rika mulai berair, Rika terisak, “gue pengen liat loe yang sebelum-nya, loe yang suka bikin gue ketawa, Pribadi loe yang Fun”, Rika melangkah menuju pintu, “gue berharap loe mau semangat kayak dulu, gue sangat berharap”, Rika berjalan keluar ruangan, Bunga terdiam, tubuhnya bergetar, di raihnya kakinya sebagai sandaran untuk menangis, air matanya tak terbendung lagi, tak peduli betapa riuh-nya suara TV di ruangan sebelah, tak peduli lagi dengan suara kipas, tak peduli lagi dengan suara angin yang memasuki sela – sela jendela, Bunga menangis, dia sangat berharap tidak seorang-pun termasuk Rika mendengar suara tangisnya.
            Hari itu tanggal 31 bulan oktober tahun 2001, berita itu tiba di telinga Rika, tentang Bunga yang berhenti sekolah dan mengidap penyakit kronis, berita itu seperti badai yang merusak perasaan Rika, awalnya Rika yang paling anti gossip sama sekali tidak mempercayai-nya, tetapi setelah seminggu Bunga tak masuk sekolah, Rika memberanikan diri datang ke rumah Bunga, Mbok Asri langsung memberitahukan semuanya ke Rika, benar…, Bunga sakit parah, dan butuh di operasi, tapi semenjak Rika mengetahui bahwa Bunga sakit, Bunga jadi jarang minum obat, jarang makan dengan teratur, jarang mau therapy, ini membuat hati Rika jadi hancur.
Tgl 15, Bulan November, Thn 2001
            “Aku nggak mau makan, ini pemaksaan namanya”, Bunga menepis tangan Rika yang sudah siap dengan sesendok bubur hangat, Rika sedih, ‘bodo, yang penting ini tu buat elo juga’, batin Rika, Rika kembali berusaha menyuapi Bunga, tapi tetap saja Bunga menutup mulutnya rapat – rapat, ‘loe beli lem kambing di mana sichh”, batin Rika mulai kesal, “gue nyerah…, mau loe apaan”, Rika duduk di kursi samping ranjang Bunga, Bunga berfikir, “emang kamu bakalan ngasih aku mobil, kalo aku maem”, Bunga nantangin, “tapi…, kalo mobil sewaan, loe mau”, Bunga tersenyum, Rika meletakkan bubur di atas meja kecil, “loe maunya apa, jangan siksa gue dengan rasa sakit yang loe alamin”, Rika bersedih, “apa kau bakalan janji buat nepatin…, aku pengen liat kembang api bareng kamu…, kalo kamu janji, aku bakalan therapy, maem banyak, dan bakalan operasi, apa kamu bisa janji”, Bunga menunjukkan kelingkingnya, Rika tersenyum, “kenapa sichh…, kok janji jari kelingking, kali – kali janji jempol kaki kek”, Rika menyambut kelingking Bunga, Bunga tersenyum geli, “jempol kaki kamu tu gede’, nggak bakal bisa di lipet ma jempol kaki-ku”, Bunga ngeledek, Rika tersenyum.
Tgl 29, Bulan November, Thn 2001
            “Gimana kemajuan therapy-nya”, Rika bertanya, Bunga mengehembuskan nafas panjang, membuat Rika resah, “apaan sichh…”, tanya-nya cepat, “bagus koq, hehe”, sahut Bunga jadi hepi, Rika langsung lega, dia meraih tas-nya dan membuka tas kecil hitam miliknya, “bawa apaan nichh…”, wajah Bunga bertanya-tanya, “hehehe…, sebelum kita liat kembang api asli, loe mainin dulu nechh…”, Rika mengeluarkan papan puzzle besar, gambarnya sebuah gedung dengan background kembang api yang indah, “wuaahh…”, Bunga meraihnya dari tangan Rika, Rika tersenyum bangga, “kalo loe bosan, mainin ini aja…, yaa itung – itung ngingetin acara kita nantinya, echh…, kebetulan bangetss”, Rika duduk di samping ranjang Bunga, “bulan depan khan tahun baru, kita liat kembang api-nya bulan depan, pasti asyik, kita bakalan nonton kembang api di atas gedung besar, pasti keren”, Rika meminta tos dari Bunga, Bunga memukul telapak tangan Rika, 2 minggu pertama bulan desember, Bunga makin sering therapy, dokter juga semakin memuji tingkat semangatnya, ‘yaa iyalahh aku semangat, aku bakalan liat kembang api, gitu loch’, batin Bunga setiap kali Dokter itu memuji peningkatan kesehatannya, semakin hari Bunga semakin siap buat operasi, Rika bilang sebaiknya pengalaman hari itu di abadikan dalam film atau fhoto, maka Bunga mempersiapkan kamera-nya.
Tanggal 25, Bulan Desember, Tahun 2001
            “Apa…, nggak aku nggak mau”, Bunga menolak dengan tegas, Dokter ahli bedah yang berbicara dengannya saat itu langsung terdiam, “dengar…, bukan hanya kau yang menginginkan hidup-mu kembali, ada banyak, dan tak mungkin aku mendahulukan kehidupan-mu, semua itu ada aturan, aku sungguh tak bermaksud untuk mengganggu acara-mu, hanya hari itu aku bisa mengoperasi-mu”, Dokter Toni memandang Bunga, Bunga benar – benar bingung, “kalo gitu sekalian aja aku nggak operasi”, Bunga keluar dari ruangan Dr. Toni
Tgl 27, Bulan Desember, Thn 2001
            “Nichh…”, Rika memberikan Handy cam miliknya, “kamu mau jual nie Handy cam”, tanya Bunga bingung, Rika kesal, “dasar…, liat dulu video di dalamnya”, Rika menekan tombol play, video itu menampakkan taburan kembang api di balik sebuah rumah, “kemaren, ultah sepupu gue…, dia nyulut kembang api, soal batal liat kembang api pas tahun baru, gue maklumin kok, kesehatan loe lebih penting, pas bulan januari kita liat kembang api bareng, setuju”, Rika menyodorkan jari kelingkingnya, Bunga tersenyum, lalu menyambut tangan Rika, Rika memeluk sahabatnya.  
Tgl 31, Bln Desember, Tahun 2001
            Saat itu masih begitu cerah, Bunga masih melihat video yang di berikan Rika, tapi sesaat kemudian, berita tentang Rika yang kecelakaan tiba di telinganya, saat itu juga Bunga berlari menuju Family Hospital, tempat Rika di rawat, untuk pertama kali dalam hidupnya, Bunga tidak merasakan sesak nafas karna berlari, Bunga tidak merasakan ada sesuatu yang mengganjal saat berlari, selama ini ia berfikir, ia takkan mampu berlari karna penyakit-nya, tapi kini Bunga berlari, berlari demi sahabatnya, menuju sahabatnya yang menunggu, tapi semua itu terlambat, Rika terkujur kaku di ruangannya, kain putih perlahan – lahan menutupi tubuhnya Rika, nafas Bunga tercekat, air matanya turun tiba – tiba, kakinya kram karna berlari, lidahnya kelu, matanya buram seketika, tubuhnya mati rasa, “kudengar, gadis ini berlari menuju Flower Hospital, katanya, sahabat gadis ini akan di operasi”, sahut seorang perawat, berkata kepada Dokter di sampingnya, Bunga menangis, menangis haru memandangi tubuh sahabatnya.  
Tgl 31, Bulan Desember, Tahun 2010
            “Aku berhasil melakukan operasi…, intinya kalian juga harus”, beberapa orang bertepuk tangan, gadis itu kini menjadi seorang motivator, terkadang dia menyelipkan kisahnya dan Rika, sekali seminggu wanita itu mengunjungi makam sahabatnya, ‘Rika…, sampai kapan-pun, aku bakal nginget kamu dalam hati-ku, layaknya kembang api yang berubah warna, layaknya kau yang tertawa, kesal, lalu tersenyum, aku akan menyimpan senyuman-mu di hatiku, sebagai kembang api di dalam hati-ku, sahabat’.

Nama         : Regina Hanum Putri
Kelas         : 8 Syukur
Sekolah     : SMPS IT MUTIARA-Duri
JUDUL      : Kembang Api Di Hatimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar